SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI BLOG Pon- Pes MIFTAHUL HUDA PESAWAHAN RAWALO BANYUMAS

Monday, August 5, 2019

KH. MAIMOEN ZUBAIR (MUSTASYAR PBNU & KIAINYA PARA KIAI) WAFAT DI MAKKAH


Innalillahi wainnailaihi raiji’un, kabar duka datang dari Tanah Suci. Ulama kharismatik yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Maimoen Zubair diberitakan wafat di sela menunaikan ibadah haji di Makkah.

Kabar tersebut salah satunya datang dari Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah PBNU KH Abdul Ghafarrozin. 

"Innalillahi wa inna ilahi raji'un. Nembe mawon kapundut Simbah Maimoen Zubair wonten Makkah (baru saja wafat Syekh Maimoen Zubair di Makkah)," katanya dalam sebuah pesan singkat.

NU Online masih menelusuri informasi lebih lanjut soal posisi jenazah dan di mana akan dimakamkan.

Ulama yang akrab disapa Mbah Moen ini merupakan salah satu dari anggota Ahlul Hall wal Aqdi (Ahwa) pada Muktamar ke-33 NU di Jombang tahun 2015 lalu dan NU Online pernah memuat profil singkatnya.

Kiai Haji Maimoen Zubair merupakan seorang alim, faqih sekaligus muharrik (penggerak). Selama ini, Kiai Maimoen merupakan rujukan ulama Indonesia, dalam bidang fiqh. Hal ini, karena Kiai Maimoen menguasai secara mendalam ilmu fiqh dan ushul fiqh. Kiai Maimun merupakan kawan dekat dari Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di tanah Hijaz.
Kiai Maimoen lahir di Sarang, Rembang, pada 28 Oktober 1928. Kiai sepuh ini, mengasuh pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Kiai Maimun merupakan putra dari Kiai Zubair, Sarang, seorang alim dan faqih. Kiai Zubair merupakan murid dari Syaikh Saíd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky. 

Kedalaman ilmu dari orang tuanya, menjadi basis pendidikan agama Kiai Maimoen Zubair sangat kuat. Kemudian, ia meneruskan mengajinya di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim. Selain itu, selama di Lirboyo, ia juga mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.

Pada umur 21 tahun, Maimoen Zubair melanjutkan belajar ke Makkah Mukarromah. Perjalanan ini, didampingi oleh kakeknya sendiri, yakni Kiai Ahmad bin Syuáib. Di Makkah, Kiai Maimun Zubair mengaji kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.

Kiai Maimoen juga meluangkan waktunya untuk mengaji ke beberapa ulama di Jawa, di antaranya Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain. Kiai Maimun juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri. Di antaranya, kitab berjudul al-ulama al-mujaddidun.

Selepas kembali dari tanah Hijaz dan mengaji dengan beberapa kiai, Kiai Maimoen kemudian mengabdikan diri untuk mengajar di Sarang, di tanah kelahirannya. Pada 1965, Kiai Maimun kemudian istiqomah mengembangkan Pesantren al-Anwar Sarang. Pesantren ini, kemudian menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning dan mempelajari turats secara komprehensif.

Selama hidupnya, Kiai Maimoen memiliki kiprah sebagai penggerak. Ia peranh menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun. Selain itu, beliau juga pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah. Kini, karena kedalaman ilmu dan kharismanya, Kiai Maimoen Zubair diangkat sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan (PPP). 

Politik dalam diri Kiai Maimoen bukan tentang kepentingan sesaat, akan tetapi sebagai kontribusi untuk mendialoggkan Islam dan kebangsaan. Demikianlah, Kiai Maimun merupakan seorang faqih sekaligus muharrik, pakar fiqh sekaligus penggerak. (Mahbib)
___________

Follow juga ig @pak_kiai
https://www.instagram.com/pak_kiai
https://www.instagram.com/pak_kiai
https://www.instagram.com/pak_kiai

Profil singkat KH Zaini Ilyas pengasuh Pon- Pes Miftahul Huda Rawalo Banyumas




      Putra dari KH Ilyas dan simbah nyai Hj.sholihah, lahir pada tanggal 11 januari 1932 di desa Pesawahan. Ayahnya, KH Ilyas adalah seorang kepala desa yang disegani karena ketegasannya dan kedermawanannya. Sebagai tokoh desa dan juga hartawan, KH Ilyas dikenal sangat dekat dengan para ulama. Beliau dikenal muhibbin, orang yang dekat dan senang bergaul dengan para ulama. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan seringnya beliau bersilaturahim, sowan ke kyai-kyai yang masyhur pada zaman itu. Begitu pula para habaib, biasa rawuh ke ndalem beliau untuk mendoakan dan memberi berkah.
       Kesholehan KH Ilyas sebagai tokoh agama juga dikenal masyarakatnya, dimana beliau sangat tegas dan bijak dalam mengajak maasyarakatnya untuk sholat lima waktu. Selain itu melalui zakat mal, beliau juga berupaya mengentaskan kesulitan ekonomi masyarakat sekitar dan sekaligus menjadi media dakwah. Kedekatan KH ilyas dengan masyarakat juga terlihat dimana banyak masyarakat sekitar yang apabila mengalami masalah baik ekonomi auatupun lainnya datang kepada beliau untuk mencari solusi.
          Kecintaan KH Ilyas juga ditunjukkan dengan mengirim putra-putra beliau ke pesantren, diantaranya adalah KH Amir dan KH zaini Ilyas. KH zaini ilyas adalah putra terakhir KH Ilyas yang saat ini menjadi pengasuh PP Miftahul Huda Pesawahan.
Setelah ngaji ala kampung, pada tahun 1947 KH zaini Ilmyas muda dipondokkan oleh ayahnya di PP Mafatihul Huda Jampes Kediri untuk berguru pada Syekh Ikhsan. Setahun berada di sana, ibu tercinta meninggal dunia, hingga akhirnya beliau pulang ke rumah untuk beberapa waktu.
    Setelah ditinggal ibunda tercinta, KH Zaini Ilyas muda di kirim lagi ke pesantren oleh ayahnya. Kali ini di pilihlah Pondok Pesantren al Ihya ulumaddin Kesugihan untuk berguru pada KH Badawi Hanafi, tokoh ulama dan mursyid thorikoh yang masyhur kala itu di daerah Cilacap dan Banyumas, yang kemudian hari menjadi ayah mertuanya. Di kesugihan, beliau mesantren selama 3 tahun. Ketika mesantren disini, sudah terlihat kecerdasan dan kengaliman beliau. Diantaranya beliau ngaji sampai kelas alfiyah dimana tidak banyak teman sebayanya yang mencapai kelas ini. Bahkan, oleh guru nahwunya, yaitu kyai Hadi, beliau sering diminta mbadali ngajar nahwu, baik alfiyah maupun lainnya ketika kyai hadi yang merupakan pengurus pondok saat itu, berhalangan.

         Bukan hanya itu, keistimewaan KH Zaini Ilyas muda kemudian diketahui oleh putra pengasuh pondok, yaitu oleh K Muhammad Badawi yang menceritakan perihal prestasi KH Zaini ilyas muda pada ayahnya. Alhasil, oleh KH Badawi Hanafi, KH Zaini Ilyas muda ditimbali khusus kemudian di beri kesempatan untuk ngaji langsung pada beliau.
         Setelah tiga tahun belajar di pondok kesugihan pada KH Badawi Hanafi, KH Zaini Ilyas kembali meneruskan perjalanan mesantrennya dengan kembali lagi ke jampes untuk kembali berguru pada Syeh Ikhsan. Beliau menghabiskan waktu tiga tahun mesantren pada syeh ihsan. Di jampes, Pendidikan yang ditempuh sampai tingkat Aliyah. Disini pun, keistimewaan KH Zaini mencuri perhatian para pengasuhnya. Diantaranya adalah beliau langsung diminta untuk ikut menjadi pengajar di pesantren tersebut. Bahkan oleh gus Muhammad, putra syekh Ikhsan, KH zaini Ilyas ditunjuk langsung untuk menjadi lurah pondok.
       Selama di jampes, KH zaini ilyas juga pernah ngaji jolok ilmu falak pada Kyai masduki yang merupakan alumni pondok jampes, secara jolok yaitu di laju dari pondok jampes ke ndalemnya kyai masduki di desa Minggiran yang berjarak kurang lebih tiga kilometer dari jampes.
Saat masih di Jampes, KH Zaini Ilyas mendengar cerita tentang sosok kyai Masduki, pengasuh Pondok Pesantren al-Islah Lasem yang dikenal sangat alim, ahli hadist dan juga ahli tafsir. Di gambarkan, jika sedang mengaji semua kitab tafsir diterangkan dengan hapal dan gambling oleh beliau. Kyai masduki adalah alumni pondok tremas. Selain sangat alim, beliau adalah saudagar sukses yang sukses pula membangu pondoknya saat itu. Beliau juga terkenal kewaliannya. Banyak cerita-cerita tentang kewaliyannya beredar. Bahkan, diantaranya KH Zaini Ilyas sendiri pernah membuktikan. Dimana saat KH Zaini Ilyas merasa ada sedikit kekurang sreg-an dengan Kyai Masduki yang sedikit memunculkan suudzon, KH zaini Ilyas langsung dimimpikan dimana KH Masduki tidak kerso salaman. Hal ini kemudian menjadi pelajaran berharga bagi beliau dimana belajar dan mondok harus menata niatnya, harus husnudzon pada guru agar memperoleh ridlo guru.
            Di lasem, beliau cukup lama, yaitu kurang lebih 5 tahun. Selama di Lasem, beliau pun pernah mengaji kilatan puasaan ke kediri yaitu ngaji pada kyai Zuweni Nuh di Pare Kediri yang merupakan alumni tebuireng. Dua kali kilatan puasa di sana khusus untuk ngaji kitab shohih bukhori pada kali waktu, dan kitab shohih muslim pada waktu lain.
           Setelah lima tahun di Jampes, beliau kembali ke pondok kesugihan. Di sinilah kemudian, KH Zaini Ilyas menutup masa lajangnya dengan menikahi putri kyai nya yaitu, Ny.Hj.Mutasingah Badawi. KH Badawi Hanafi yang sudah akrab dengan KH Ilyas, kemudian asepakat menjodohkan putra-putri mereka, sampai beberapa kali rembukan acara pernikahan. Pada suatu hari, yaitu hari kamis, pada saat rembuk acara pernikahan berlangsung, tiba-tiba kyai Badawi ngendika supaya rembukan tersebut harus selesai, karena beliau tidak akan menangi. Dan ternyata keesokan harinya kyai Badawi wafat. Sehingga pada kemudian hari pernikahan putrinya di walikan oleh KH Mustholih Badawi, kakak dari Ny. Hj.Mutasingah.
 Setelah menikah, KH Zaini ilyas belum langsung boyong, baru setelah 3 tahun, yaitu tahun 1963 beliau memboyong istrinya yang juga putri kyainya, yaitu Ny.Hj.Mutasingah Badawi ke desa Pesawahan. Seboyongnya KH Zaini Ilyas ini, ada beberapa santri kesugihan yang ikut yang kemudian menjadi cikal bakal santri dari pesantren Miftahul Huda kelak. Diantara santri yang pertama adalah kyai adzro’i dari jawa timur. Berjalannya dengan waktu, santri-santri dari KH Sya’roni pondok sidamulih yang secara letak geografis adalah tetangga desa, banyak yang jolok ngaji ke KH Zaini Ilyas. Diantara santri-santri jolok tersebut ada Prof mubarok, Prof Wahib mu’thi alm. Lambat laun santri dari berbagai daerah datang untuk ngaji pada beliau. Pesantrennya pun kemudian berkembang dengan nama pondok pesantren Miftahul Huda Pesawahan.
Demikian perjalanan beliau KH Zaini Ilyas yang mengawali berdirinya pondok pesantren Miftahul Huda Pesawahan
Sumber ibu nyai fb  Umni Labeb

Gus Rif'an : Ayo Jihad 'Bijariikum


BANYUMAS - Pengasuh Ponpes El Madani, Banjarparakan, Rawalo, Banyumas, Jawa Tengah, Gus M Rif'an Muhajirin menyerukan saatnya jihad dengan jari. Mengingat, saat ini dunia maya (digital) khususnya media sosial, mengharuskan jihad dengan cara yang beda.

"Saya mengajak pada teman-teman Ansor Cyber Media (ACM), wajahidu 'bijariikum'. Ayo kita jihad dengan jari-jari sahabat semua," katanya dalam penutupan Pelatihan Dasar Cyber, Ahad (4/8) kemarin.

Dengan jihad 'bijariikum', maka tidak perlu lagi memanggul senjata. Cukup dengan handphone, tab dan atau komputer. Semua itu, katanya, dilakukan untuk NU. Bagian dari rasa khidmat nyata pada organisasi yang sangat besar dan membawa berkah ini.

"NU itu besar, kita ini kecil. Maka, mari kita depe-depe mendekat dengan cara khidmah kepada NU. Insyaallah sekecil apapun khidmah kita akan membawa kebaikan dan berkah bagi diri dan keluarga," kata Gus Rif'an lagi.
Diklat dasar cyber diselenggarakan Sabtu-Ahad (3-4/8). Ini merupakan rangkaian, diklat dasar yang digelar ACM Banyumas di bawah kordinasi PC GP Ansor. Akan dilakukan diklat serupa di wilayah kecamatan lain se Banyumas hingga menyeluruh sampai 2020.

Wakil Ketua PC GP Ansor, Rochiman menegaskan supaya anggota baru ACM mengutamakan loyalitas dalam organisasi. "Sahabat-sahabat yang sudah mengikuti pendidikan ini harus memiliki loyalitas dan rela berkorban untuk organisasi. Semoga itu akan menjadi wasilah hidup berkah sampai anak cucu kita," katanya.
Secara umum, peserta diklat menerima materi mulai dari fotografi, sindikasi media, hingga pelatihan mengoperasikan drone. Ada juga pelatihan teknis menulis, baik berita pendek hingga, broadcast dan menulis caption. (*)

djito el fateh
lembaga tenaga nuklir banyumas

sumber Fb

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2295894830537270&id=100003503265384